– Beberapa anggota dari Seleksi Nasional Berbasis Kompetensi (SNBT) tampaknya masih membenarkan setiap metode asal bisa mencapai sasarannya. Pada tahun ini, tindakan curang selama pelaksanaan UTBK di bawah naungan SNBT tetap saja ada.
Selama dua hari penyelenggaraan UTBK-SNBT, terdapat 14 dugaan tindakan tidak jujur dari para peserta. Di hari pertama, yaitu Rabu (23/4), tim SNPMB mengidentifikasi sebanyak sembilan insiden penipuan. Sedangkan pada hari kedua, Kamis (24/4), panitia lagi-lagi mendeteksi adanya lima kasus lainnya.
Ketua Umum dan Penanggung Jawab SNPMB Eduart Wolok prihatin karena fenomena penipuan ini masih berlangsung setiap tahun. Ia bahkan menerima pesan pribadi pada hari pertama acara yang berisi komplain tentang bocornya soal-soal ujian tersebut. Kondisi itu menimbulkan ketidakadilan bagi para peserta yang telah mengambil tes lebih awal.
“Perlu kami tegaskan sekali lagi kepada seluruh masyarakat, kepada seluruh calon peserta UTBK, bahwasanya tidak ada set soal yang sama dari sesi per sesi, dari hari ke hari. Jadi kalau kita memiliki 23 sesi di pelaksanaan UTBK ini, maka kami menyiapkan lebih dari 23 set soal,” tegasnya dalam temu media secara daring pada Jumat (25/4).
Oleh karena itu, ia menegaskan bahwa tak ada bocoran soal yang terjadi lewat sistem tersebut. Sebabnya, sistem yang dikembangkan tidak dihubungkan dengan jaringan internet.
Meskipun begitu, ia tidak menyangkal potensi adanya kebocoran melalui tindakan para peserta. Pasalnya, metode penipuan yang digunakan oleh peserta semakin memprihatinkan, entah itu menggunakan perangkat keras maupun lunak.
Dia menyebutkan bahwa beberapa peserta diamati menggunakan peralatan seperti kamera yang disematkan pada behel gigi, kukuh, ikat pinggang, serta kancing pakaian, dan sebagainya. Beberapa alat itu bahkan luput dari deteksi dengan metal detector.
Tidak hanya sampai disana, bahkan ada orang yang menghubungkan perangkat HP mereka pada sepatu serta tubuhnya dengan berbagai metode sehingga mampu masuk kedalam ruangan. Yang lebih mengejutkannya lagi, beberapa peserta juga melaksanakan proses remote desktop yang dilakukan oleh individu dari tempat lain selain lokasi ujian. Akan tetapi, semuanya tersebut akhirnya dapat dideteksi.
"Jadi, jika pertanyaan yang beredar tersebut adalah seperti contoh-contohnya, yaitu ketika mereka berhasil mengambil foto dan memostingnya, bisa dipastikan bahwa pertanyaannya adalah yang telah selesai, bukan yang akan diujikan," jelasnya.
Selain itu, panitia di tiap pusat UTBK memiliki langkah antisipasi tersendiri. Temasuk pengawasan di dalam ruangan. Sehingga, jika ada gerak-gerik mencurigakan maka akan masuk di Berita Acara Pelanggaran Ujian (BAPU). Nah, bagi yang masuk BAPU akan dibuatkan Berita Acara Kecurangan Ujian (BAKU) untuk ditelusuri lebih lanjut.
Eduart menegaskan, tak akan mentolerir setiap kecurangan yang ada. Ia mengaku tak akan ragu membawa kasus ini ke ranah hukum bila memang terdeteksi adanya kecurangan baik oleh pihak internal maupun eksternal. Selain itu, peserta yang curang bakal diblacklist dari semua PTN.
"Daftar nama peserta yang terlibat dalam tindakan curang akan dikeluarkan dari seluruh cara masuk ke PTS," katanya.
Diakuinya, dengan munculnya kasus dugaan kebocoran soal oleh peserta, pihaknya bersama para Rektor PTN yang menjadi pusat UTBK kian memperketat proses masuk peserta. Dia mengibaratkan, bila ditemukan satu handphone yang disembunyikan oleh peserta maka akan dilakukan pencarian lebih lanjut untuk mengantisipasi adanya alat-alat lain yang tersembunyi. Sebab, bisa jadi handphone tersebut hanya untuk kamuflase.